Sejarah dunia otomotif dimulai ketika Nicolaus August Otto menemukan mesin motor pada tahun 1876. Kemudian, pada tahun 1885 Gottlieb Daimler menemukan mesin berbahan bakar minyak yang memungkinkan terbukanya revolusi pada lahirnya desain mobil. Penemuan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Karl Benz, seorang mechanical engineer yang pertama kali membangun mobil praktis yang dijalankan oleh mesin yang disebut sebagai internal-combustion engine pada tahun 1985.
Di Amerika, John W. Lambert menemukan mobil bertenaga bensin pada tahun 1891. Duryea Brothers menjadi perusahaan pertama yang memproduksi dan menjual kendaraan tersebut kepada publik. Segalanya mungkin berjalan tidak terlalu signifikan, sampai pada akhirnya Henry Ford meluncurkan Model-T yang fenomenal itu, dilengkapi dengan sistem transmisi dan desain yang lebih baik. Model pertama diproduksi tahun 1908 dan terus mengalami perubahan hingga tahun 1980.
Masih bicara soal transportasi darat, di bidang per-keretaapi-an, sejarah dimulai ketika George Stephenson merancang kereta api uap pertama di tahun 1824. Meskipun memang benar bahwa steam engine telah ditemukan James Watt jauh sebelum itu. Baru pada tahun 1924 kemudian kereta api uap mengalami perkembangan yang matang dan tersebar hingga ke seluruh dunia. Disusul kemudian oleh lahirnya kereta api diesel pada tahun 1960an. Setelah mengalami vakum yang agak lama, muncullah kereta api super cepat berbasis teknologi Maglev yang sebetulnya masih berada pada pertumbuhan awal. Kendati demikian, kita bisa melihat TGV dan Shinkansen dengan penuh kekaguman dan ketakjuban yang tiada terperi.
Sementara itu, di dunia aeronautika, sejarah bercerita jauh lebih panjang. Konon, pada tahun 852 seorang ilmuwan Muslim bernama Armen Firman meloncat dari sebuah menara di Cordoba (Spanyol) dan melayang menggunakan jubah yang dikenakan sebagai parasut. Pada tahun 875, Abbas Ibn Firnas mengulang aksi nekad Firman. Sayangnya, ia menderita cidera punggung yang berakibat pada kematian beberapa tahun kemudian. Baghdad kemudian menggunakan nama Firnas sebagai nama bandara untuk mengenangnya.
Berabad-abad kemudian, orang terus beranggapan bahwa manusia terbang harus dengan sayap. Bahkan lukisan DaVinci yang terkenal di tahun 1500an itu juga menyiratkan hal yang demikian. Cerita menjadi agak berubah ketika Sir George Cayley di tahun 1799 merumuskan konsep pesawat di mana harus memiliki sayap, ekor, dan sebagainya. Lucunya, konsep ini dituliskan pada sekeping uang perak yang dibuat pada tahun tersebut.
Cayley kemudian membuat glider sesuai konsepnya itu dan menyuruh pengemudi keretanya (coachman) untuk mencobanya, tetapi tidak ada pencapaian hasil yang jelas. Adalah Otto Lilienthal yang kemudian menjadi orang pertama yang membuat glider sekaligus mencoba melayangkannya sesaat. Hasil eksperimen tersebut dipublikasikan, tetapi sayangnya, suatu hari ketika ia melakukan percobaan, terjadi hembusan angin yang membuatnya terjungkal dan meninggal dunia.
Pada tanggal 28 November 1896, seorang professor bernama Samuel Langley dari Smithsonian Institute berhasil membuat pesawat tanpa awak yang mampu terbang hingga ketinggian 4.200 kaki dengan kecepatan 30 mph. Langley kemudian meminta dana riset dari Departemen Pertahanan Amerika sebesar US$ 5.000 untuk merancang pesawat terbang berawak. Dua kali percobaan yang dilakukan pada tanggal 7 Oktober 1903 dan 9 Desember 1903 hanya membuahkan kegagalan. Percobaan pertama mengakibatkan sayap pesawat patah tanpa meninggalkan darat. Sementara pada percobaan kedua pesawat tak mampu terbang dan jatuh tercebur di Sungai Potomac. Meski demikian, atas jasanya di bidang aeronautika, nama Langley diabadikan sebagai nama lab terkenal: NASA Langley.
Jeda 8 hari setelah percobaan kedua Langley, Kitty Hawk karya Wrights bersaudara mencatat sejarah sebagai pesawat terbang pertama dengan kekuatan mesin yang mampu terbang dan mencapai ketinggian melebihi starting pointnya. Inilah kali pertama manusia berhasil mengalahkan gravitasi. Wrights bersaudara tetap melakukan perbaikan atas temuannya itu, seperti juga banyak ilmuwan di Perancis, Inggris, Jerman, Rusia, Australia, dan sebagainya. Namun, Wright Bros lah yang menarik perhatian setelah memukau masyarakat ramai di Paris. Ia kemudian menjual idenya kepada Departemen Pertahanan Amerika. Hasilnya, tak lama kemudian Angkatan Bersenjata Amerika memiliki beberapa “pesawat tempur” di mana sang pilot melempar bom dengan tangannya untuk menghabisi musuh di darat.
Ketika PD I meletus di tahun 1929, pesawat bersayap ganda sudah lazim ditemui. Kemudian di tahun 1926, Charles Lindberg untuk pertama kalinya melintasi Laut Atlantik dengan sukses. Inilah titik awal ketika pesawat diperlakukan sebagai alat transportasi, bukan sekedar hobi atau mainan seperti sebelumnya. Ketika PD II meletus di tahun 1940an, pesawat tempur sudah jauh lebih canggih. Airlines dengan propeller bermunculan. Dan di tahun 1950an, mesin jet (Boeing 707) mulai beroperasi dan istilah “jet set” atau transportasi jet mulai dikenal.
Pada tahun 1960 an, pesawat supersonik (Concorde) mulai beroperasi. Sayangnya, kendati Rusia telah berhasil meluncurkan satelit pertama (1957) dan Amerika sukses mendaratkan manusia di bulan (1969), perkembangan di dunia aeronautika nyaris mandeg. Memang benar bahwa keberhasilan Rusia dan Amerika tersebut lebih disebabkan oleh faktor politis (perang dingin) ketimbang faktor penemuan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan umat manusia. Memang benar pula bahwa teknologi baru awalnya tumbuh dengan sangat lambat, kemudian mencapai titik di mana inovasi terus menghujani, dan tak lama kemudian mencapai tahap matang. Setelah itu perkembangan teknologi kembali berjalan dengan lambat. Periode antara tersebut, kalau dihitung, rata-rata sekitar 40 tahun.
Dengan menggunakan perhitungan di atas, seharusnya saat ini manusia mampu terbang dengan kecepatan hipersonik atau melampaui atmosfer menuju luar angkasa. Sayangnya, akibat dana penelitian yang mahal (atau nuansa politis yang kental), baik Rusia maupun Amerika tidak lagi ngotot mengembangkan space shuttle. Wahana angkasa memang menjadi monopoli tersendiri yang teramat mahal. Akan tetapi, bagi segelintir kalangan, bisa menjadi peluang bisnis milyaran (atau trilyunan) dolar.
Untuk mendapatkan pesawat angkasa yang jauh lebih murah dari gawean NASA dan para kontraktornya, digelarlah X-Prize dengan hadiah senilai US$ 10 juta bagi siapa pun yang mampu terbang setinggi 100 km atau lebih dengan membawa pilot dan 2 penumpang atau berat ekuivalennya. Ada banyak orang “gila” yang tertarik berlomba, salah satunya Burt Rutan yang didanai oleh Paul Allen.
SpaceshipOne buatan Rutan keluar menjadi pemenang. Dana yang digelontorkan lebih dari US$ 20 juta, tetapi motivasi untuk meraih peluang bisnis wisata angkasa luar menjadikan US$ 20 juta seolah-olah nothing. Proyek tersebut dilanjutkan dengan SpaceshipTwo yang bisa mengangkut hingga 8 orang dan akan siap di tahun 2007 atau 2008. Konon, Virgin Galactic sudah memesan 3 pesawat SpaceshipTwo.
Selain X-Prize, Bigelow -seorang jutawan pemilik hotel-hotel murahan- juga menggelar award serupa dengan hadiah US$ 50 juta plus kontrak membuat pesawat bagi siapa saja yang bisa membuat pesawat untuk mengangkut wisatawan mengelilingi bumi beberapa kali. Ia telah membuat perusahaan Bigelow Aerospace yang melakukan riset tentang bagaimana struktur bangunan yang tepat untuk hotel angkasa. Hasilnya cukup mengagumkan dan teknologinya dibeli NASA untuk perbaikan space shuttle. Tentu saja, harga ini jauh lebih murah daripada membeli dari kontraktor seperti Boeing atau Lockheed Martin. Bigelow sadar bahwa mimpi untuk membuat hotel angkasa tidak pernah bisa terwujud tanpa sistem transportasi yang murah.
Tentu saja ini semua bukan bualan omong kosong. Banyak perusahaan baru dengan 50 atau 100 karyawan jenius dan backup dana yang kuat dari investor bermunculan. Angkasa luar adalah milik masyarakat biasa, bukan lagi monopoli pemerintah atau negara. Dengan lahirnya industri baru yang padat otak dan padat modal, wisata angkasa luar bukan sesuatu yang mustahil. Saat ini, Rusia bisa membawa kita berjalan-jalan ke Stasiun MIR dengan harga US$ 20 juta. Tapi beberapa tahun mendatang, tarif tersebut akan menurun secara signifikan.
Tak lama lagi kita akan merasa “biasa” ketika mendengar orang-orang bekerja di angkasa luar, berbulan madu 100 km di luar bumi, atau menjadi pegawai hotel di bulan. Kolonisasi bulan atau kolonisasi Mars adalah masa depan. Kelak, eksplorasi dan eksploitasi barang tambang mungkin akan terjadi di bulan atau di planet lain yang memang sangat kaya akan mineral. Masa depan tersebut adalah milik industri kecil dengan kemampuan besar. Dan kalau 20 tahun belakangan orang terkaya dunia adalah Bill Gates, maka 20 tahun mendatang orang terkaya dunia adalah entrepreneur yang mampu berinovasi membawa manusia ke luar angkasa dengan biaya yang efektif dan efisien, serta mengemasnya dalam suatu layanan yang bernilai tambah.
Tak lama lagi kita akan merasa “biasa” ketika mendengar orang-orang bekerja di angkasa luar, berbulan madu 100 km di luar bumi, atau menjadi pegawai hotel di bulan. Kolonisasi bulan atau kolonisasi Mars adalah masa depan. Kelak, eksplorasi dan eksploitasi barang tambang mungkin akan terjadi di bulan atau di planet lain yang memang sangat kaya akan mineral. Masa depan tersebut adalah milik industri kecil dengan kemampuan besar. Dan kalau 20 tahun belakangan orang terkaya dunia adalah Bill Gates, maka 20 tahun mendatang orang terkaya dunia adalah entrepreneur yang mampu berinovasi membawa manusia ke luar angkasa dengan biaya yang efektif dan efisien, serta mengemasnya dalam suatu layanan yang bernilai tambah.
No comments:
Post a Comment