Friday, November 22, 2013

Tugas Al Quran Hadis Surat Al-'An`am ayat 77 Dan Surat An-Nisa' 76


Tugas Al Quran Hadis

Surat Al-'An`am ayat 77

Dan

Surat An-Nisa' 76


 

Kelas XII IPA 1
Nama :
Ahmad Sobandi                 Sarah                       
Dewi Widianti                    Selinawati
Elah Nurlaelah wati          Siti Nurazizah
Fitri Diana                            Soleha
Meli Andriani                     Ucum Kusnamah
Nursad
MAN Rengasdengklok 2013/2014
KATA PENGANTAR 


Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai surat annisa ayat 76 dan al an’am 76 

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Wasalamualaikum wr.. wb.



Daptar isi

Pendahuluan
Penjelasan Q.S an nisa Ayat ke 76
Penjelasan Q.S Al-An’am ayat 70
Penjelasan Q.S AL AN’AM AYAT 77



surat an nisa Ayat ke 76 
Artinya:
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.  (4: 76)
Untuk memperjelas tujuan jihad, ayat ini menjelaskan tujuan kaum Mukminin dan kaum Kafir dalam melakukan perang. Disebutkan, ahli iman berperang bukan hanya untuk memelihara dan memperkokoh agama Tuhan, dan untuk sampai kepada kekuatan dan kedudukan untuk dirinya, melainkan tujuan mereka adalah keridhaan Tuhan. Sementara orang-orang kafir berperang guna memperkokoh pemerintahan orang-orang zalim dan tiran. Tujuan mereka adalah untuk menguasai orang lain dan menjajah mereka.
Selanjutnya ayat ini bahwa orang-orang mukminin distimulasi untuk berperang melawan kelompok dominan ini. Jangan kalian pikir mereka itu kuat, sementara kalian lemah. Tapi sebaliknya, dengan memiliki iman pada Tuhan, kalian memiliki kekuatan yang paling tinggi dan lantaran mereka mengikuti syaitan mereka itu sangat lemah. Janganlah kalian takut menentang pasukan kafir dan tiran serta perangilah mereka dengan semua kekuatan dan ketahuilah kalian lebih mulia. Sebab mereka pengikut setan, sementara setan adalah lemah di hadapan kehendak Tuhan.  
Dari ayat tadi terdapat  empat  pelajaran yang dapat dipetik:‎
1.  Fi sabilillah artinya keridhaan Allah dijadikan sebagai simbol dan tujuan semua urusan dalam masyarakat Islam.
2.  Ketidakpedulian pada urusan sosial dan menghindari jihad tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang mukmin. Di antara tanda iman adalah melawan hawa nafsu.
3.  Kufur, thagut dan setan merupakan tiga serangkai yang saling bergantung untuk melanjutkan kehidupan. Dari itulah, masing-masing berusaha untuk menguatkan yang lain.
4.Kesudahan atau akibat mengikuti setan adalah kegagalan. Karena pembelaan setan untuk para pengikutnya adalah sangat lemah. (IRIB Indonesia)



Penjelasan Q.S Al-An’am ayat 70
Artinya:
Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.  (6: 70)
Ayat ini sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya yang berisikan pembahasan tentang perintah untuk menjauhi orang-orang yang sesat dengan segala lingkungannya. Ayat ini memberi penegasan kepada Rasulullah Saw agar beliau memutuskan hubungan dengan mereka sambil menyatakan berlepas diri dari segala perbuatan mereka itu. Tentu saja, sebelumnya Rasulullah juga diperintahkan untuk menyampaikan petunjuk seperlunya dengan cara menyampaikan ucapan-ucapan yang benar di telinga mereka. Akan tetapi, jika mereka tetap membangkang dan tidak mau meninggalkan pekerjaan buruk mereka itu, maka Rasulullah diperintahkan untuk segera meninggalkan mereka.  
Hal yang menarik di sini adalah bahwa bagi orang-orang yang religius, penyembahan terhadap dunia dan sikap rakus atas dunia adalah sebuah tindakan main-main. Sebaliknya bagi para pecinta dunia, justru agama dan segenap aturan yang ada di dalamnya itulah yang menjadi obyek permainan dan senda gurau. Kelompok inilah yang melakukan beberapa kesalahan ganda. Di satu sisi, mereka mempermainkan fitrah mereka  dan dari sisi lain, mereka juga memperolok-olok ucapan Rasulullah Saw. Lebih parah lagi, mereka sama sekali tidak merasa takut akan akibat dari perbuatan mereka itu.
Sebagian ulama melihat bahwa maksud ayat ini adalah bahwa kaum  Musyrikin itu telah menjadikan agama dan keyakinan mereka sebagai obyek permainan menggantikan berbagai obyek permainan lainnya yang biasanya mereka kerjakan. Mereka kemudian bangga dan sombong atas permainan mereka itu. Karenanya, mereka tidak pernah mau mendengarkan kata-kata kebenaran Rasulullah Saw. Yang jelas, kewajiban kaum Mukminin dalam menghadapi orang-orang yang memahami kebenaran tetapi mengingkari kebenaran itu adalah menjauhi mereka agar kesesatan mereka itu tidak berbekas dalam diri kaum Mukminin.Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1.  Dalam masyarakat Islam, siapapun yang mempermainkan agamanya harus dijauhi dan diboikot, hingga ia tidak bisa menyebarkan perkataan sesat di tengah masyarakat.
2.  Ketertambatan kepada dunia bisa membuat orang mempermainkan agamanya. Hal itu terkadang  terlihat dalam bentuk pengingkaran dalam hal yang prinsip seperti hukum-hukum Allah, atau dalam bentuk pencarian pembenaran agar bisa lari dari hukum Allah tersebut. (IRIB Indonesia)

TERJEMAH SURAT AL AN’AM AYAT 77

Ayat 77

“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat."

Ayat 77, seirama dengan ayat yang lalu, Allah SWT menjelaskan pula pengamatan Nabi Ibrahim as terhadap benda langit yang lebih terang cahayanya dan lebih besar kelihatannya yaitu bulan.
Setelah Nabi Ibrahim as melihat bulan tersembunyi dibalik cakrawala, dengan cahaya yang terang benderang itu, yang terlihat ketika terbit, timbulah kesan dalam hatinya untuk mengatakan, “Inikah gerangan Tuhanku?” Perkataan Ibrahim as serupa itu adalah pernyataan yang timbul secara naluriyah seperti juga kesan yang didapat oleh kaumnya yang sebenarnya adalah pernyataan untuk mengingkari kesan pertama yang menipu pandangan mata itu dan untuk membantah keiyakinan kaumnya seperti pernyataannya dalam ayat yang lalu. Pengulangan berita dengan memberikan  kenyataan yang lebih tandas adalah untuk menguatkan pernyataan yang telah lalu. Kemudian setelah bulan itu terbenam dari ufuk dan lenyap dari pengamatan, diapun memberikan pertanyaan agar diketahui oleh orang-orang musrikin yang berada di sekitnya.
Ibrhin berkata, “Sebenarnyalah jika Tuhan tidak memberikan daku petunjuk kepada jalan yang benar untuk mrngetahui dan meyakini ke EsaanNya niscaya aku termasuk dalam golongan yang tersesat, yaitu orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dan tidak mengakui petunjuk Tuhan, serta menyembah Tuhan-Tuhan selain Allah. Mereka itu lebih senang memperturutkan hawa nafsunya daripada melakukan perbuatan yang diridhai Allah. Sindiran yang bertahap ini adalah sebagai sindiran yang menentukan untuk mematahkan pendapat-pendapat kaumnya. Sindiran yang pertama lunak, kemudian diikuti dengan sindiran yang kedua yang tandas, adalah untuk menyanggah pikiran kaumnya secara halus agar mereka terbuka belenggu hatinya untuk memahami kebenaran yang sebenar-benarnya.


Sumber

No comments:

Post a Comment