Tugas Al Quran Hadis
Dan
Kelas XII IPA 1
Nama :
Ahmad Sobandi Sarah
Dewi Widianti Selinawati
Elah Nurlaelah wati Siti Nurazizah
Fitri Diana Soleha
Meli Andriani Ucum Kusnamah
Nursad
MAN Rengasdengklok 2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai surat annisa ayat 76 dan al an’am 76
Makalah ini dibuat dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Wasalamualaikum wr.. wb.
Daptar isi
Pendahuluan
Penjelasan Q.S
an nisa Ayat ke
76
Penjelasan
Q.S Al-An’am ayat 70
Penjelasan Q.S
AL AN’AM AYAT 77
surat an nisa Ayat ke 76
Artinya:
Orang-orang yang beriman berperang di jalan
Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu
perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu
adalah lemah. (4: 76)
Untuk memperjelas tujuan jihad, ayat ini
menjelaskan tujuan kaum Mukminin dan
kaum Kafir dalam melakukan perang. Disebutkan, ahli iman
berperang bukan hanya untuk memelihara dan memperkokoh agama Tuhan, dan untuk
sampai kepada kekuatan dan kedudukan untuk dirinya, melainkan tujuan mereka
adalah keridhaan Tuhan. Sementara orang-orang kafir berperang guna memperkokoh
pemerintahan orang-orang zalim dan tiran. Tujuan mereka adalah untuk
menguasai orang lain dan menjajah mereka.
Selanjutnya ayat ini bahwa orang-orang mukminin
distimulasi untuk berperang melawan kelompok dominan ini. Jangan kalian
pikir mereka itu kuat, sementara kalian lemah. Tapi sebaliknya, dengan
memiliki iman pada Tuhan, kalian memiliki kekuatan yang paling tinggi dan lantaran
mereka mengikuti syaitan mereka itu sangat lemah. Janganlah kalian takut
menentang pasukan kafir dan tiran serta perangilah mereka dengan semua kekuatan
dan ketahuilah kalian lebih mulia. Sebab mereka pengikut setan, sementara setan
adalah lemah di hadapan kehendak Tuhan.
Dari ayat tadi
terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1. Fi sabilillah artinya keridhaan
Allah dijadikan sebagai simbol dan tujuan semua urusan dalam masyarakat Islam.
2. Ketidakpedulian pada urusan sosial
dan menghindari jihad tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang mukmin.
Di antara tanda iman adalah melawan hawa nafsu.
3. Kufur, thagut dan setan merupakan
tiga serangkai yang saling bergantung untuk melanjutkan kehidupan. Dari itulah,
masing-masing berusaha untuk menguatkan yang lain.
4.Kesudahan atau akibat mengikuti setan adalah
kegagalan. Karena pembelaan setan untuk para pengikutnya adalah sangat
lemah. (IRIB Indonesia)
Penjelasan
Q.S Al-An’am ayat 70
Artinya:
Dan tinggalkan lah orang-orang yang
menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah
ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar
masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya
sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at
selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun,
niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang
dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang
sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka
dahulu. (6: 70)
Ayat ini sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya
yang berisikan pembahasan tentang perintah untuk menjauhi orang-orang yang
sesat dengan segala lingkungannya. Ayat ini memberi penegasan kepada
Rasulullah Saw agar beliau memutuskan hubungan dengan mereka sambil
menyatakan berlepas diri dari segala perbuatan mereka itu. Tentu saja,
sebelumnya Rasulullah juga diperintahkan untuk menyampaikan petunjuk seperlunya
dengan cara menyampaikan ucapan-ucapan yang benar di telinga mereka. Akan
tetapi, jika mereka tetap membangkang dan tidak mau meninggalkan pekerjaan
buruk mereka itu, maka Rasulullah diperintahkan untuk segera meninggalkan
mereka.
Hal yang menarik di sini adalah bahwa bagi
orang-orang yang religius, penyembahan terhadap dunia dan sikap rakus atas
dunia adalah sebuah tindakan main-main. Sebaliknya bagi para pecinta dunia,
justru agama dan segenap aturan yang ada di dalamnya itulah yang menjadi obyek
permainan dan senda gurau. Kelompok inilah yang melakukan beberapa kesalahan
ganda. Di satu sisi, mereka mempermainkan fitrah mereka dan dari
sisi lain, mereka juga memperolok-olok ucapan Rasulullah Saw. Lebih parah
lagi, mereka sama sekali tidak merasa takut akan akibat dari perbuatan mereka
itu.
Sebagian ulama melihat bahwa maksud ayat ini
adalah bahwa kaum Musyrikin itu telah menjadikan agama dan keyakinan
mereka sebagai obyek permainan menggantikan berbagai obyek permainan lainnya
yang biasanya mereka kerjakan. Mereka kemudian bangga dan sombong atas
permainan mereka itu. Karenanya, mereka tidak pernah mau mendengarkan kata-kata
kebenaran Rasulullah Saw. Yang jelas, kewajiban kaum Mukminin dalam
menghadapi orang-orang yang memahami kebenaran tetapi mengingkari kebenaran itu
adalah menjauhi mereka agar kesesatan mereka itu tidak berbekas dalam diri
kaum Mukminin.Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat
dipetik:
1. Dalam masyarakat Islam, siapapun
yang mempermainkan agamanya harus dijauhi dan diboikot, hingga ia tidak bisa
menyebarkan perkataan sesat di tengah masyarakat.
2. Ketertambatan kepada dunia bisa
membuat orang mempermainkan agamanya. Hal itu terkadang terlihat
dalam bentuk pengingkaran dalam hal yang prinsip seperti hukum-hukum Allah,
atau dalam bentuk pencarian pembenaran agar bisa lari dari hukum Allah
tersebut. (IRIB Indonesia)
TERJEMAH SURAT AL AN’AM AYAT 77
Ayat 77
“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata:
"Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku
termasuk orang-orang yang sesat."
Ayat 77, seirama dengan ayat yang lalu, Allah
SWT menjelaskan pula pengamatan Nabi Ibrahim as terhadap benda langit yang
lebih terang cahayanya dan lebih besar kelihatannya yaitu bulan.
Setelah Nabi Ibrahim as melihat bulan
tersembunyi dibalik cakrawala, dengan cahaya yang terang benderang itu, yang
terlihat ketika terbit, timbulah kesan dalam hatinya untuk mengatakan, “Inikah
gerangan Tuhanku?” Perkataan Ibrahim as serupa itu adalah pernyataan yang
timbul secara naluriyah seperti juga kesan yang didapat oleh kaumnya yang
sebenarnya adalah pernyataan untuk mengingkari kesan pertama yang menipu
pandangan mata itu dan untuk membantah keiyakinan kaumnya seperti pernyataannya
dalam ayat yang lalu. Pengulangan berita dengan memberikan kenyataan yang
lebih tandas adalah untuk menguatkan pernyataan yang telah lalu. Kemudian
setelah bulan itu terbenam dari ufuk dan lenyap dari pengamatan, diapun
memberikan pertanyaan agar diketahui oleh orang-orang musrikin yang berada di
sekitnya.
Ibrhin berkata, “Sebenarnyalah jika Tuhan tidak
memberikan daku petunjuk kepada jalan yang benar untuk mrngetahui dan meyakini
ke EsaanNya niscaya aku termasuk dalam golongan yang tersesat, yaitu orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dan tidak mengakui petunjuk Tuhan, serta
menyembah Tuhan-Tuhan selain Allah. Mereka itu lebih senang memperturutkan hawa
nafsunya daripada melakukan perbuatan yang diridhai Allah. Sindiran yang
bertahap ini adalah sebagai sindiran yang menentukan untuk mematahkan
pendapat-pendapat kaumnya. Sindiran yang pertama lunak, kemudian diikuti dengan
sindiran yang kedua yang tandas, adalah untuk menyanggah pikiran kaumnya secara
halus agar mereka terbuka belenggu hatinya untuk memahami kebenaran yang
sebenar-benarnya.
Sumber